KASUS pembunuhan Andres Escobar menjadi salah satu berita terfavorit yang dibaca oleh para pembaca Okezone. Penembakan berujung maut unutk bek Kolombia tersebut memang begitu tragis dan menggemparkan dunia.
Saat itu Amerika Serikat (AS) menjadi lawan Kolombia pada partai kedua penyisihan Grup A. Sebelum saling bertemu, AS menahan imbang Swiss 1-1 di Pontiac. Sementara Kolombia yang merupakan salah satu tim yang diunggulkan, tumbang di tangan Rumania 1-3.
Pertandingan dimulai pukul 16.30 waktu setempat. Kolombia mengawali laga dengan impresif, menekan dan tidak memberikan celah sedikit pun untuk tim tuan rumah. Akan tetapi kepercayaan diri Los Cafeteros – julukan Kolombia – runtuh seketika pada saat gol bunuh diri dilakukan oleh bek mereka, Andres Escobar, pada menit 35. Segalanya berputar 180 derajat, kepercyaan diri AS menanjak tinggi.
Escobar dinilai menjadi biang keladi kegagalan Kolombia di Piala Dunia 1994. Para petaruh di bursa judi yang pada saat itu memang begitu masif di Kolombia dikabarkan mengalami kerugian besar akibat tidak lolosnya Kolombia ke fase berikutnya.
Satu hari setelah kembali ke Kolombia, Escobar memutuskan untuk nongkrong dengan beberapa temannya di sebuah bar bernama El Indio, melepas segala penat setelah gagal membawa negaranya berprestasi di Piala Dunia. Baru pada pukul 03.00 dini hari pada 2 Juli 1994 ia kembali ke rumah.
Namun, ketika ia sudah kembali ke mobilnya tak berapa lama tiga pria asing meneriakinya dan menembakinya. Saat itu 12 tembakan terdengar, Escobar tidak luput dari 12 tembakan tersebut. Setiap satu tembakan, eksekutor misterius tersebut berteriak “Gooooll!!” tentunya dengan maksud untuk mengejek gol bunuh diri yang diciptakannya.
Pembunuh Escobar sukses ditangkap di malam harinya pada tanggal yang sama. Humberto Castro Munoz, seorang bodyguard dari sindikat pengedar narkoba terbesar di Kolombia, ditetapkan sebagai pelaku. Sehari setelah ditangkap ia mengaku dirinya lah yang membunuh Escobar. Dia dihukum 43 tahun penjara.
Pembunuhan Escobar menjadi pukulan telak untuk dunia sepakbola saat itu, terutama untuk publik Kolombia. Diperkirakan 120 ribu orang hadir dalam pemakaman pemain yang membela Atletico Nacional tersebut. Escobar dikenal publik Kolombia semasa hidupnya sebagai sosok pesepakbola yang selalu bekerja keras dan jujur di dalam lapangan.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Liputan6.com, Jakarta - Lima hari usai Kolombia tersingkir dari Piala Dunia 1994 Amerika Serikat, atau 2 Juli 1994, Andres Escobar mengunjungi sebuah kelab malam di Kota Medellin bersama rekan-rekannya. Di dalam, Escobar terlibat pertengkaran kecil. Jadilah Escobar memutuskan untuk pulang seorang diri.
Tak pernah terlintas firasat buruk dalam diri Escobar, meski gol bunuh dirinya di Piala Dunia 1994 berujung dengan tersingkirnya Kolombia di fase grup.
Waktu sudah menunjukkan pukul 03.30 dini hari waktu setempat ketika Escobar kembali ke dalam mobil. Tidak lama berselang, tiga orang tak dikenal menghampirinya.
Tiba-tiba saja seorang dari mereka menembaki Escobar membabi buta. Sebelum menembak, ketiganya mengucapkan "Thanks for the own-goal, hijueputa!" yang berarti terima kasih atas gol bunuh diri-mu, anak pelacur."
Di setiap peluru yang ditembak, ketiganya juga berteriak "gol" khas komentator sepak bola Amerika Latin. Tubuh Escobar bersimbah darah setelah diberondong tiga tembakan dari jarak dekat.
Setelah menembaki Escobar, ketiga pelaku melarikan diri menggunakan mobil pick up. Tidak sampai satu jam, atau 45 menit kemudian, Escobar tewas dengan cara yang mengenaskan.
Malam hari setelah kejadian, kepolisian berhasil menangkap pembunuh Escobar. Dia adalah Humberto Munoz. Dia merupakan kaki tangan kartel narkoba.
Munoz bukan dalang utama di balik pembunuhan Escobar. Dia diperintah Santiago Gallon untuk menghabisi nyawa Escobar. Gallon merupakan bos kartel narkoba yang dendam dengan Escobar karena kalah taruhan di Piala Dunia 1994.
Pemain bertahan Denmark, Simon Kjaer (kiri), salah mengantisipasi bola sehingga menyebabkan gol bunuh diri saat bertanding melawan Inggris. Gol di menit ke-39 tersebut membuat kedudukan berubah menjadi satu sama.
Saban ada kejuaraan besar sepak bola, pikiran saya resah dengan istilah “gol bunuh diri” dari mulut penyiar televisi maupun tangan wartawan surat kabar. Mengapa istilah “bunuh diri” digunakan untuk menyebut gol dari seorang pemain gagal menghalau bola agar tidak masuk ke gawang timnya?
Sulit menerima bahwa kapten kesebelasan Denmark, Simon Kjaer, “bunuh diri” ketika mati-matian ingin menyelamatkan gawangnya dari bola umpan deras Bukayo Saka yang akan disergap Raheem Sterling dalam semifinal Piala Eropa, 8 Juli 2021. Usaha mati-matian Simon Kjaer tak berhasil. Bola yang dihalau justru masuk ke gawangnya sendiri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bunuh diri berarti ‘sengaja mematikan diri sendiri’. Kesengajaan adalah faktor terpenting dalam tindak bunuh diri. Bila tak ada kesengajaan, sebuah tindakan tak bisa disebut bunuh diri. Sangat jelas bahwa dalam gol-gol Piala Eropa 2020 yang disebut “gol bunuh diri” itu sama sekali tak ada unsur sengaja dari Kjaer, Dubravka, Merih Demiral, Mats Hummmel, Raphael Guerreiro, Ruben Dias, Pedri, Denis Zakaria, Juraj Kucka, Wojciech Szczesny, dan Lukas Hradecky untuk memasukkan bola ke gawang mereka. Tak tepat menyebutnya “gol bunuh diri”.
Usul saya istilah “gol bunuh diri” tidak dipakai untuk menyebut gol-gol seperti di atas. Dicari saja istilah yang tepat, misalnya “gol sendiri” (own goal) seperti digunakan dalam bahasa Inggris. Di samping itu, seyogianya istilah “bunuh diri” sesedikit mungkin digunakan dalam ujaran karena tindakan bunuh diri memang dilarang secara moral. Semakin jarang digunakan di dalam ujaran, diharapkan tindakan bunuh diri juga tak akan muncul dalam khayalan dan pikiran orang.
Tambahan pula, menggunakan istilah “gol bunuh diri” akan mengingatkan dosa lama persepakbolaan Indonesia yang pernah dinodai oleh gol-gol yang sungguh-sungguh “bunuh diri” karena para pemain dengan sengaja memasukkan bola ke gawang tim mereka sendiri. Dalam pertandingan “sepak bola gajah” antara PSS Sleman dan PSIS Semarang pada 2014, lima gol disarangkan oleh pemain PSS Sleman dan PSIS Semarang ke gawang mereka sendiri. Akibatnya PSSI diganjar hukuman oleh FIFA berupa larangan menyelenggarakan kompetisi dalam kurun 2015 – 2016.
Lebih memalukan lagi kasus Piala Tiger 1998 pada pertandingan Indonesia melawan Thailand. Demi mengejar posisi juara kedua untuk menghindari pertandingan melawan tim Vietnam, pemain Indonesia, Mursyid Effendi, sengaja memasukkan bola ke gawang Indonesia sendiri, sementara pemain Indonesia lainnya, Kurnia Sandi, diam saja dan tak berusaha menyelamatkan gawangnya. Mursyid Effendi diganjar larangan bermain seumur hidup dan denda uang.
Semoga dengan mengganti istilah “gol bunuh diri,” tindakan tercela melakukan “gol bunuh diri” yang mencederai sportivitas dalam sepak bola juga hilang. Begitu pula tindakan bunuh diri yang dilarang secara moral itu.
- Proses penentuan sebuah gol bunuh diri terkadang bisa begitu membingungkan. Salah-salah, yang rugi adalah pemain yang terlibat dalam prosesnya. Lalu, bagaimana seharusnya gol bunuh diri didefinisikan?
Salah satu contoh dilematis dalam menentukan gol bunuh diri adalah jika seorang penyerang menyepak bola yang lantas menceplos masuk ke gawang setelah sebelumnya tak sengaja membentur pemain bertahan lawan. Patutkan disebut gol bunuh diri?
Mungkin banyak pertimbangan untuk menentukannya, karena ukuran resminya pun sepertinya tak ada. Padahal gol bunuh diri jelas menyakitkan buat pemain yang mencetaknya, juga bisa menghilangkan peluang penyerang untuk menambah gol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itulah yang mendorong Executive Committee UEFA untuk mencoba mendiskusikan makna tepat mendefinisikan sebuah gol bunuh diri.
"Itu bukan sesuatu yang dilihat sedemikian penting 20 tahun lalu. Tapi sekarang buat karir pemain dan macam-macam lainnya, sepertinya sudah jadi penting," jelas juru bicara UEFA William Gaillard seperti dilansir
Dulu, imbuh Gaillard, semuanya diserahkan kepada wasit untuk mengidentifikasi pencetak gol dalam pertandingan, walau itu kemudian berujung kepada perbedaan pendapat.
"Saat ini tak ada aturan sejati mengenai apa yang disebut gol bunuh diri dan itulah masalah yang sekarang kami sedang analisa. Dalam beberapa kasus, keputusan wasit diubah, biasanya oleh beberapa orang UEFA yang melihat tayangan video dalam kesempatan informal. Namun kami ingin semuanya tertulis agar tak tercipta ambiguitas," tandas dia.
Pembicaraan untuk medefinisikan gol bunuh diri secara tepat itu akan berlangsung dalam pertemuan hari Jumat, (28/3/2008), dengan tambahan beberapa agenda lainnya.
Ilustrasi proses sebuah gol bunuh diri (BBC).